Dengung kontestasi politik telah dikumandangkan, akhirnya muncul 2 sosok pasang yang nantinya akan dipilih guna menjadi pemimpin bangsa 5 tahun kedepan. Seperti yang sudah diprediksi banyak kalangan tahun ini yakni 2014 merupakan tahun politik yang penuh drama dan aksi akrobatik para petinggi elite politik, tahun dimana masyarakat disuguhi dengan pesta demokrasi 5 tahunan, pesta demokrasi yang betujuan memilih wakil rakyat di gedung dewan juga moment dimana rakyat dapat memilih secara langsung pemimpinya yakni presiden untuk masa waktu jabatan 5 tahun kedepan. Tingakah laku, aksi akrobatik dan drama-drama bernuansa politik mulai disuguhkan oleh mereka yang berkepentingan, bahkan tak jarang pula aksi dan tingkah laku para elite politik terebut mampu membius penonton setia yang menyaksikanya (masyarakat), masyarkat untuk sementara waktu dijejali dengan rangsangan-rangsangan dengan maksud agar masyarakat mampu untuk melupakan sejenak problematika yang dihadapi.
Tinggal menunggu hari untuk dapat mengetahui siapa yang nantinya akan memimpin bangsa ini ke depan, kegiatan yakin-meyakinkan para konstituenpun semakin kentara, masyarakat dibuat terkagum-kagum melihat prestasi-prestasi yang di suguhkan para calon pemimpin mereka, dan tak sedikit pula mereka dibuat terperangah atas hal-hal yang menurut yang tak mereka ketahui sebelumnya. Namun cukup menarik jika kita coba melihat kondisi masyarkat kekinian, masyarakat dibuat bingung dengan pilihan yang ada, namun kemudian di lain sisi mereka seakan-akan dibuat meninggalkan akal sehat mereka, hal ini terlihat jelas jika kita coba menganalisa kondisi sosial masyarakat, hanya karena mereka menggandrungi salah satu kandidat akhirnya mereka bertindak hal-hal yang punya potensi melanggar aturan-aturan dalam masyarakat dan menariknya untuk sebagian dari mereka ini menjadi hal yang wajar, sungguh kondisi yang cukup menyedihkan.
Dimana seharusnya jika kita berbicara kontestasi politik seharusnya kita mendapatkan suatu pelajaran berharga dan tentunya positif dari proses berjalnnya, kontestasi politik yang pada dasarnya merupakan sarana penseleksian para calon pemimpin yang kemudian mampu mengahsilkan pemimpin yang berkualitas namun kini telah berubah menjadi ajang olok-mengolok bahkan jelek-mejelekan satu dengan yang lainnya, kondisi ini kemudian yang menjadi dasar kebingungan masyarakat dalam menentukan pilihan, bahkan pada kondisi ekstrimnya, hal ini dapat memicu timbulnya konflik horizontal dalam masyarkat, hal ini bukan suatu isapan jempol belaka namun sudah menjadi kepastian melihat kondisi yang berkembang dalam masyarkat. Sudah semestinya mereka yang kita sebut sebagai elit politik mampu memberikan contoh pendewasaan politik dalam setiap tindak-tanduknya, sehingga dapat merangsang partisipasi aktif masyarkat dalam domain politik bernegara, dan pada ujungnya cita-cita bangsa yang demokratis dapat dicapai apabila poltik santun yang kita jalankan.
0 komentar:
Posting Komentar