pendidikan |
, namun hal tersebut terasa kontras jika melihat kondisi yang berkembang, Pendidikan menjadi prioritas ke sekian dalam pandangan pemerintah, hal ini dalam berimbas pada paradigma yang berkembang di masyarakat. Dalam paradigma masyarakat, suatu negara dikatakan maju ketika pertumbuhan ekonomi sangat tinggi. Kondisi ini menyebabkan masyarakat kita juga hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, kondisi ini mengakibatkan tidak begitu diperhatikannya segi pendidikan. penitikberatan pertumbuhan ekonomi ini juga berimbas kurang diperhatikanya tingkat kemiskinan, pemerataan distribusi pendapatan dikalangan masyarakat. Bahkan pada klimaksnya ketika segi pendidikan benar-benar dilupakan, kondisi ini memang sebuah paradoks, bagaimana tidak, pendidikan yang merupakan hal terpenting dalam masyarakat malah justru tidak begitu diperhatikan, tidak diperhatikan dalam artian tidak jelas maksud dan tujuan dengan diselenggarakanya pendidikan di negeri ini, hal ini diperparah dengan kondisi pendidikan yang sudah jelas gagal menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual maupun emosional namun tetap dipertahankan, belum lagi kita membicarakan dinamika pendidikan dikalangan masyarakat kita sudah dipusingkan dengan terkaburnya maksud dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Jika kita menengok kondisi pendidikan maka
tidak luput juga kita akan membicarakan tingkat pendidikan dalam masyarakat, coba
kita tengok kondisi tersebut di negeri kita ini, tingkat pendidikan dikalangan
masyarakat masih tergolong cukup rendah dan belum merata, kondisi ini
tercerminkan dengan masih tingginya angka butagrahita dalam masyarakat,
terlebih jika mereka adalah masyarakat miskin kota maupun masyarakat yang jauh
dari perkembangan peradaban. Masih rendahnya tingkat pendidikan untuk
masyarakat ini sebenarnya disebabkan oleh banyak factor, diantara factor tersebut
adalah tingginya biaya pendidikan di negeri ini, ketika biaya pendidikan ini
sudah sedemikian mahalnya maka menjadi hal yang menarik, bagaimana tidak
,setiap tahunya pemerintah menganggarkan 20% dari APBN untuk biaya pendidikan
ini, idealnya dengan anggaran yang besar tersebut pemerintah dapat menciptakan sebuah
pendidikan yang berkualitas dengan harga yang murah untuk masyarakat bahkan pendidikan
gratis untuk masyarakat, karena memang sudah tugas pemerintah untuk menjadi
garda terdepan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
Namun nampaknya dimensi pendidikan sekarang
ini bukan menjadi prioritas utama pemerintah, pemerintah hanya memprioritaskan
pertumbuhan ekonomi dan efeknya pun seperti domino dalam kehidupan masyarakat,
dimana sekarang masyarakat seolah-olah telah masuk ke dalam scenario
pemerintah, secara perlahan-lahan pendidikan ini mulai dikesampingkan oleh
masyarakat, dikesampingkan dalam artian mereka melupakan esensi dasar dari
pendidikan, pendidikan dimata mereka tak lebih hanya sebuah tuntutan jaman
maupun syarat formalitas saja. Ketika perekonomian dianggap menjadi target
utama dalam pembangunan maka konsekuensi logisnya bidang pendidikan dijadikan anak
tiri dan imbasnya tingkat pendidikan mengalami pertumbuhan yang tidak merata
dan semakin banyaknya generasi-generasi penerus bangsa yang tak mampu mengenyam
pendidikan di negeri ini. Ketidakmerataan tingkat pendidikan ini tergambarkan
saat kita membandingkan tingkat pendidikan di Ibukota dengan tingkat pendidikan
masyarakat di pelosok negeri maupun daerah, saat tingkat pendidikan di daerah
perkotaan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sedangkan tingkat pendidikan
di pelosok negeri masih jauh dari kata layak, di daerah perkotaan tingkat
pendidikan memang sudah dipandang sebagai hal yang tak kalah penting, kondisi
ini tak lain disebabkan sudah cukup tingginya tingkat pertumbuhan perekonomian
sehingga focus merekapun sudah beralih ke segi pendidikan, hal ini sangat
kontradiktif jika melihat kondisi yang terjadi di daerah, mereka masih berkutat
dalam dimensi pertumbuah ekonomi karena memang hal itulah yang dijadikan focus
Pemerintah, sehingga mau tidak mau masyarakat pun akan ikut dalam program yang
memang menjadi prioritas pemerintah. (Penulis : GS)
Baca Juga :
Baca Juga :
0 komentar:
Posting Komentar